Wotgalih merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal. Desa ini berada di sebelah utara dari Kecamatan Jatinegara dan desanya di kelilingi perhutanan jati.
Desa Wotgalih terbagi menjadi Tiga bagian yang disebut Dusun, yakni Krajan, Luwadi dan Wanarata. Di sebelah utara desa Wotgalih terdapat desa yang banyak ditemukan fosil zaman purbakala, yakni desa Semedo kecamatan Kedungbanteng kabupaten Tegal.
Warga desa Wotgalih mayoritas beragama Islam yang masih mempercayai dan melestarikan Adat. Hal-hal berbau kejawen masih banyak ditemui di desa ini, termasuk hal yang berbau mistik.
Di desa ini ternyata banyak ditemukan benda-benda kuno atau senjata seperti keris. Keris ini konon dulunya sudah ada sejak zaman kerajaan di wilayah jawa dan juga dipergunakan untuk perjuangan melawan penjajahan bangsa asing (Belanda dan Jepang).
Pada hari ini, Ahad (22/1/2022) Ustad Warji salah satu putra desa Wotgalih yang sekarang mukim tinggal menetap di bilangan Bogor Jawa Barat pulang ke kampung halamannya yang berada di dusun Krajan desa Wotgalih.
Dia mengajak redaktur MEDIASI berkunjung ke desa Wotgalih guna mengambil benda sejarah berupa Keris yang merupakan pusaka tinggalan leluhurnya. Keris tersebut ternyata terpendam di dalam tanah pekarangan salah satu kerabatnya yang juga pamong desa Wotgalih.
Kami pun akhirnya menggali peninggalan leluhurnya ustad Warji. Keris tersebut terpendam di dalam tanah selama hampir 1 tahun. Ketika ditemukan terdapat 4 jenis Keris dan kondisinya sudah cukup rusak digagangnya, sementara kondisi besi keris dan selongsongnya masih cukup baik.
Ustadz Warji yang juga aktivis Pengurus Jamaah Rukyah Aswaja (JRA) NU Bogor ini mengungkapkan, Keris tersebut dipendam oleh kerabatnya karena tidak ada yang berani memeliharanya karena konon mengandung ‘aura ghoib’. Beberapa orang kerabatnya yang pernah menyimpan Keris tersebut selalu was-was dan sering diganggu makhluk halus. Sehingga akhirnya diputuskan dipendam atau sengaja akan dihilangkan.
Ada pun Kepentingannya mengambil barang antik warisan nusantara terus, menurut ustadz Warji, bukan semata bertujuan mistis, tapi lebih karena menjaga warisan leluhurnya. Apalagi keris tersebut mengandung nilai sejarah perjuangan masa lalu leluhurnya saat menghadapi kondisi peperangan melawan kononial penjajahan Belanda dan Jepang.
Selain pusaka Keris, tidak menutup kemungkinan, di desa Wotgalih juga terdapat benda pusaka lainnya. Karena menurut penuturan beberapa ahli supranatural, Wotgalih merupakan salah satu desa tua dan merupakan jalur garis perjalanan zaman musafir zaman kerajaan. Apalagi desa ini juga dekat dengan desa purbakala Semedo yang banyak ditemukan ‘harta karun’ peninggalan pra-sejarah zaman Atlantis.
Keris sebagai Alat Perjuangan
Keris merupakan sebuah senjata yang sangat populer di Pulau Jawa. Keris diperkirakan sudah dikenal masyarakat Indonesia sejak abad ke-9. Hal ini dibuktikan dari beberapa cerita tradisional seperti Ken Arok dan Ken Dedes, yang menyebutkan senjata keris di dalam ceritanya.
Keris milik Indonesia telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia non bendawi. Selain digunakan sebagai senjata, masyarakat Indonesia mempercayai bahwa keris juga memiliki sebuah kekuatan supranatural.
Di Jawa keris telah dikenal sejak zaman kerajaan Mataram Hindu. Pada zaman dulu keris dianggap dapat menambah nilai kebesaran seorang raja yang berkuasa. Dengan bentuknya yang mungil, keris dibawa pergi oleh raja kemanapun ia pergi. Sehingga keris selalu menyatu dengan raja dan menjadi sebuah pusaka yang wajib untuk dimiliki.
Seiring perkembangan zaman, senjata keris tidak hanya dimiliki oleh seorang raja saja. Secara berangsur-angsur akhirnya masyarakat biasa pun bisa memiliki senjata keris. Hal ini berkembang dari perintah raja Mataram yang menyebutkan bahwa seorang prajurit yang berprestasi dihadiahi sebuah keris. Kemudian lambat laun keris semakin berkembang peredarannya dan kini semua masyarakat pun bisa memiliki keris.
Keris merupakan salah satu dari sekian banyak warisan yang ditinggalkan oleh leluhur kita. Pada mulanya keris memang sengaja dibuat untuk dijadikan sebagai senjata yang digunakan untuk melawan musuh. Seperti saat digunakan oleh para pejuang dan pahlawan Indonesia dalam merebut Kemerdekaan Republik Indonesia.
Keris merupakan salah satu senjata selain bambu runcing yang digunakan untuk melawan kolonial Belanda saat masa penjajahan. Salah satu pahlawan yang terkenal piawai dalam menggunakan keris sebagai senjata adalah Pangeran Diponegoro.
Selain Pangeran Diponegoro, sejumlah tokoh pejuang lain yang dikabarkan memiliki senjata keris yaitu Raja Kasunanan Surakarta, Sri Susuhunan Pakubuwono X. Kemudian presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno disebut-sebut juga memiliki senjata keris bekas Perang Puputan. Keris milik Presiden Soekarno tersebut adalah pemberian dari ibunya yang masih memiliki keturunan darah Bali.
Jadi pada kenyataanya, senjata keris tidak dapat dipisahkan dari peristiwa kemerdekaan Republik Indonesia. Meskipun tidak banyak terdengar, namun ada keyakinan bahwa para pejuang Indonesia bergerilya melawan penjajah menggunakan senjata tradisional keris. Hal ini dikuatkan dengan adanya pahlawan yang memiliki senjata keris seperti Pangeran Diponegoro dan Presiden Pertama Republik Indonesia, Soekarno. Wallahu’alam
0 Komentar